Kenaikan Harga Bahan Dan Upah Berimbas Pada Tingginya Bunga KPR

Kenaikan Harga Bahan Dan Upah Berimbas Pada Tingginya Bunga KPR
Kenaikan Harga Bahan Dan Upah Berimbas Pada Tingginya Bunga KPR. Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia pada Kuartal II-2018 mengindikasikan perlambatan kenaikan harga properti residensial di pasar primer. Hal ini tercermin dari Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) pada periode ini yang tumbuh hanya 0,76 persen, atau melambat di 1,42 persen dibanding kuartal sebelumnya.

Direktur Departemen Statistik BI Ibu Gantiah Wuryandani menjelaskan, melambatnya kenaikan harga properti residensial terjadi pada semua tipe rumah. Hal itu disebabkan terutama oleh kenaikan harga bahan bangunan dan kenaikan upah pekerja bangunan.

“Ke depan, perlambatan kenaikan harga rumah diperkirakan berlanjut pada Triwulan III-2018 sebesar 0,55 persen,” ujar dia di Gedung BI, Jakarta, Kamis 9 Agustus 2018.

Gantiah Wuryandani melanjutkan, pada Kuartal II-2018 volume penjualan properti residensial tercatat negatif 0,08 persen lebih rendah dibandingkan dengan pada kuartal sebelumnya yang tercatat 10,55 persen. Adapun, penurunan penjualan properti residensial itu disebabkan oleh penurunan penjualan pada rumah tipe menengah dan rumah tipe besar.

“Beberapa faktor yang menyebabkan penurunan penjualan properti residensial pada Kuartal II-2018 adalah tingginya suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan masih adanya batasan Down Payment (DP) kredit rumah,” ungkapnya.

Dia menjelaskan, berdasarkan kelompok bank, suku bunga KPR terendah adalah bank persero sebesar 9,30 persen per tahun, dan tertinggi adalah Bank Pembangunan Daerah sebesar 12,25 persen per tahun. Sedangkan, Suku bunga KPR berdasarkan lokasi proyek pada Kuartal II-2018 tertinggi terjadi di Bengkulu 14,57 persen dan terendah di Yogyakarta 8,98 persen.

“Rata-rata suku bunga KPR sampling properti menunjukkan bahwa terjadi peningkatan dari kuartal sebelumnya. Rata-rata suku bunga berdasarkan bank-bank nya sebagian besar bank-bank sudah meningkatkan suku bunga meski tidak signifikan,” ujar dia.

Comments

Popular posts from this blog

Dukung Bisnis Industri Sandang Nusantara, 5 BUMN Bersinergi

Mendag: Motor Penggerak Utama Ekonomi Indonesia Adalah Ekspor Dan Investasi

Dorong Perdagangan Bilateral, BI Dan Australia Perpanjang Kerjasama Swap Mata Uang